MANADO, Asumsi.id – Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2024 untuk kurasi 100 Desa wisata terbaik telah diumumkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pada Rabu (22/5) lalu.
Dari 100 Desa wisata yang diumumkan, tiga diantaranya ada di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Yakni, Desa Wisata Batuputih Bawah Kota Bitung, Desa Wisata Desa Sawangan Kabupaten Minahasa Utara, dan Desa Wisata Kampoeng Wisata Tongkaina Kota Manado.
Berikut profil ke 3 Desa/Kelurahan (Sumber: jadesta.kemenparekraf.go.id):
1. Desa Wisata Batuputih Bawah
Kelurahan Batuputih Bawah merupakan salah satu kelurahan yang terletak di ujung utara kota Bitung dengan jumlah penduduk sekitar 2025 jiwa dan 611 kk, kelurahan ini adalah kelurahan pesisir pantai dengan panjang pantaiĀ sekitar 2 km, penduduknya 75%sebagai nelayan, %17 petani, %5 karyawan swasta, 3 % dibidang pariwisata.
Kampung Wisata Batuputih terbentuk sejak tahun 2017, Kampung Wisata ini memiliki daya tarik yang telah mendunia dari pegunungan, pantai dan hutan.
Kampung Wisata ini terbentuk karena banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara. Daya Tarik utama Kampung Wisata Batuputih adalah Tawan Wisata Alam (TWA) Tangkoko.
TWA Tangkoko ini terkenal dengan flora dan fauna endemik yang telah mendunia, flora endemik yang dikenal adalah : beringin, aras, pohon bitung, fiskus dan nantu.
Sedangkan fauna endemik yaitu : tarsius spectrum (monyet terkecil didunia), macaca nigra/black macaa (monyet hitam bokong merah), anoa, kus-kus, dan banyak burung endemik seperti : rangkong, burung hantu sulawesi, king fisher dan lainnya.
Kampung Wisata Batuputih dikenal dengan Kegiatan nelayan dengan kearifan lokalnya serta adat dan budaya yang masih tersisa seperti pergelaran pesta ada tulude.
Mapalus (baku bantu) merupakan salah satu kebudayaan di Sulawesi Utara yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Di Batuputih, budaya Mapalus masih dilestarikan, salah satunya bisa kita temukan di kalangan nelayan. Para nelayan masih menerapkan budaya mapalus, sebelum melaut untuk mencari ikan dan setelah kembali melaut,
2. Desa Wisata Sawangan
Sawangan merupakan salah satu desa di kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Indonesia.
Desa Sawangan atau Wanua Sawangan adalah desa Wisata Budaya Nasional Desa ini dikenal dengan objek wisata budaya Taman Purbakala Waruga-Waruga Sawangan dan juga objek wisata alam berupa rafting dan hiking.
Desa Sawangan terbagi menjadi sembilan wilayah jaga dengan jumlah penduduk 2.351 orang dan jumlah keluarga 690 rumah tangga.
Desa Sawangan adalah Desa’ yang mempunyai Cagar Budaya yang Sudah banyak di kunjungi Wisatawan khususnya mancanegara dari Tahun 1980 Desa ini mempunyai banyak peninggalan rumah Belanda, banker Jepang, dan mempunyai aliran sungai untuk wisata arung jeram, Dan sudah mempunyai homestay dengan fasilitas kolam renang, dan Desa ini masih menjaga kearifan lokal.
Desa ini terletak di kaki Gunung Klabat yang adalah gunung tertinggi di Sulawesi Utara. Gunung Klabat dulu gunung berapi tetapi sekarang ini sudah tidak aktif. Keadaan udara di desa ini masih alami dan sejuk.
Luas wilayah Desa Sawangan adalah 2.001,17 Ha yang terdiri dari 44,09 Ha untuk pemukiman, 2 Ha untuk pekuburan, 1.698,01 Ha untuk perkebunan, 14,06 Ha untuk persawahan dan 243,01 Ha untuk lainnya
Adapun yang menjadi daya tarik di desa ini yaitu, Taman Purbakala Waruga Sawangan,
Cagar Budaya Goa Jepang, Arung Jeram, Rumah Tua Peninggalan Kolonial Belanda, Restaurant dan cafe Bombi, Agrowisata, dan Sanggar Tari dan alat Musik kolintang.
3. Desa Wisata Kampoeng Wisata Tongkaina
Tongkaina adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara dengan luas wilayah 858Ha.
Tongkaina adalah kawasan pariwisata perbukitan pantai yang berada di wilayah paling utara daratan Kota Manado.
Penyebutan “Tongkaina” merupakan adaptasi perubahan lafalan bahasa asli suku-suku di Sulawesi Utara; yaitu
1. dari bahasa suku Minahasa “Tongkeina” yang artinya Tanjung
2. dari bahasa suku Bantik “Tongkeine” yang artinya Ujung Tanjung
3. dari bahasa suku Sangihe yaitu “Tongka kina” yang artinya Bakar Ikan.
(*/Red)